Sayidiman Suryohadiprojo
TNI Angkatan 1945 memberikan perhatian besar kepada sikap teritorial. Hal itu tergambar dalam isi Sapta Marga yang dirumuskan pada permulaan 1950-an.
Daftar penilaian yang secara teratur dibuat untuk setiap anggota memberikan tempat penting untuk penilaian sikap teritorial dari anggota yang dinilai, khususnya pangkat perwira dan bintara. Hal ini terutama dilakukan dalam TNI AD, tetapi juga tidak diabaikan dalam TNI AL dan TNI AU.
Sikap teritorial dianggap penting sebagai hasil perang kemerdekaan dan menguat setelah beragam pengalaman TNI setelah 1950 serta memperhatikan pengalaman bangsa lain.
Sikap teritorial adalah sikap yang berupa kedekatan tentara dengan rakyat dan masyarakat, terutama di daerah tentara berada. Kedekatan itu mengandung makna kedekatan fisik dan psikis serta berusaha memahami pikiran dan perasaan rakyat, termasuk berbicara dengan rakyat dalam bahasa daerah. Lebih-lebih lagi sikap perbuatan yang mendekatkan diri kepada rakyat.
Dengan memahami dan menunjukkan perhatian kepada rakyat, rakyat pun akan merasa dekat dengan tentara dan cenderung mendukung yang dilakukan dan diperjuangkannya.
Sikap teritorial
Pengalaman membuktikan, hasil sikap teritorial yang baik tidak kalah berarti dibandingkan dengan senjata dan peralatan, bagi pencapaian tugas tentara. Bahkan kalau menghadapi kekuatan militer asing yang menyerang bangsa dan mempunyai keunggulan alutsista, sikap teritorial dapat menetralkan keunggulan musuh. Hal itu terbukti jelas dalam perjuangan kita melawan Belanda dalam perang kemerdekaan, juga dalam perlawanan bangsa Vietnam terhadap tentara AS serta belakangan dalam perlawanan Irak dan Afganistan terhadap AS dan sekutunya.
Terbukti bahwa perlawanan nonfisik terhadap pihak yang memaksakan kehendak dengan kekerasan fisik dan senjata dapat berhasil efektif sehingga pemaksaan kehendak oleh lawan dapat dipatahkan.
Oleh karena itu, TNI Angkatan 1945 sangat memperhatikan perilaku anggota di mana pun berada. Dijaga agar tidak menyakiti perasaan rakyat, sebaliknya malah merebut hati rakyat. Hal itu tampak sekali ketika ada pasukan Siliwangi ditugaskan di Kongo dan menimbulkan keheranan panglima pasukan PBB.
Panglima itu melihat betapa rakyat Kongo tempat pasukan Siliwangi itu bertugas menunjukkan kesukaan dan kesediaan mendukung pelaksanaan tugas pasukan itu. Satu hal yang tidak ditemukan panglima itu pada pasukan-pasukan dari negara lain yang ada dalam komandonya.
Perubahan sikap TNI
Dalam perkembangan waktu dan teknologi yang makin hebat serta pengaruhnya terhadap sikap dan cara berpikir manusia, tampak ada perubahan dalam TNI mengenai pentingnya sikap teritorial. Mungkin para perwira TNI secara intelektual mengerti makna sikap teritorial dan manfaatnya, tetapi karena pengaruh berbagai perkembangan masyarakat, pelaksanaan konkret sikap teritorial sangat kurang.
Perhatian utama telah pindah ke aspek fisik, seperti alutsista, tergoda oleh kekuatan militer tetangga, seperti Singapura dan Malaysia yang memiliki alutsista lebih banyak dan maju. Sudah barang tentu alutsista yang memadai bagi TNI, baik darat, laut, maupun udara, menjadi kewajiban bagi Pemerintah Indonesia. Namun, itu tidak perlu dan tidak boleh mengabaikan aspek yang sama penting berupa sikap teritorial yang membuat TNI dicintai rakyat Indonesia, terutama di daerah-daerah yang menunjukkan adanya keinginan golongan tertentu untuk memisahkan diri dari NKRI.
Peran sikap teritorial TNI amat penting dan bahkan mungkin di daerah tertentu lebih penting dari senjata. Oleh karena itu, perlu sekali TNI tetap memperhatikan adanya harmoni antara kekuatan fisik dan nonfisik untuk dapat mencapai keberhasilan tugas. Tidak hanya dibicarakan sebagai teori dan konsep yang bagus, tetapi terutama penting untuk dilaksanakan, diperbuat.
TNI dengan alutsista yang makin maju dan cukup, disertai pelaksanaan sikap teritorial yang tepat, akan menjadi kekuatan pertahanan yang efektif dan membanggakan.
Sayidiman Suryohadiprojo Mantan Gubernur Lemhanas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar