Pekan ini, dunia merayakan 20 tahun ambruknya Tembok Berlin, yang pernah menjadi salah satu simbol kekejaman dan permusuhan antarmanusia.
Pengaruh ambruknya Tembok Berlin sungguh luar biasa bagi sejarah kemanusiaan. Sekadar kilas balik, ambruknya Tembok Berlin tanggal 9 November 1989 tidak hanya mengubah sejarah bangsa Jerman, tetapi juga dunia.
Ambruknya tembok yang didirikan penguasa komunis Jerman Timur tahun 1961 tidak hanya mendorong proses reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur yang memuncak tanggal 3 Oktober 1990, tetapi juga memicu kehancuran Uni Soviet di pengujung tahun itu juga.
Sejarah akhirnya mencatat, kehancuran Uni Soviet mendorong berakhirnya Perang Dingin. Permusuhan ideologis antara komunisme dan kapitalisme pun berakhir. Semula diharapkan dunia akan menjadi lebih tenang dan damai.
Namun, bagaimana kondisi dunia setelah Tembok Berlin dan Perang Dingin berakhir? Tidak banyak berubah karena dunia masih terus dilanda ketegangan dan permusuhan, meski dalam pola yang lain. Perlu dikemukakan, sisa Perang Dingin masih terdapat di Semenanjung Korea. Ketegangan di semenanjung itu telah diperburuk oleh program senjata nuklir Korea Utara.
Tetap menjadi pertanyaan pula bagaimana perkembangan ideologi dunia selanjutnya. Ketika Perang Dingin berakhir, liberalisme-kapitalisme diyakini sebagai pemenang dalam pertarungan melawan sosialisme-komunisme. Namun, sekitar dua dasawarsa setelah Perang Dingin berlalu, liberalisme-kapitalisme justru kedodoran.
Rupanya kematian sosialisme-komunisme membuat liberalisme-kapitalisme limbung karena kehilangan mitra tanding. Belakangan ini semakin kelihatan pula liberalisme-kapitalisme mengalami kegagalan bahkan dituduh sebagai penyebab krisis keuangan dunia saat ini. Krisis itu berawal di AS sebagai negara adidaya yang dianggap sebagai pemangku utama liberalisme-kapitalisme.
Perkembangan ini sangatlah menarik dari dialektika sejarah. Setelah komunisme ambruk dan kapitalisme kedodoran, tampaknya akan muncul ideologi baru sebagai sintesis. Belakangan ini orang semakin gencar mewacanakan pengembangan neososialisme, yang memberikan peran besar kepada masyarakat ataupun pemerintah. Kerja sama masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan.
Namun, menjadi pertanyaan, apakah neososialisme mampu memberi jawaban terhadap upaya menciptakan dunia yang lebih adil. Waktulah yang akan menjawabnya. Hanya bagaimanapun sangatlah mendesak memperbaiki tatanan dunia yang tak adil antara negara kaya dan miskin. Ketidakadilan itu telah diperburuk oleh suasana tertekan karena pemanasan global, kehancuran lingkungan, bahaya penyakit, krisis energi, dan kelangkaan pangan.
Pengaruh ambruknya Tembok Berlin sungguh luar biasa bagi sejarah kemanusiaan. Sekadar kilas balik, ambruknya Tembok Berlin tanggal 9 November 1989 tidak hanya mengubah sejarah bangsa Jerman, tetapi juga dunia.
Ambruknya tembok yang didirikan penguasa komunis Jerman Timur tahun 1961 tidak hanya mendorong proses reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur yang memuncak tanggal 3 Oktober 1990, tetapi juga memicu kehancuran Uni Soviet di pengujung tahun itu juga.
Sejarah akhirnya mencatat, kehancuran Uni Soviet mendorong berakhirnya Perang Dingin. Permusuhan ideologis antara komunisme dan kapitalisme pun berakhir. Semula diharapkan dunia akan menjadi lebih tenang dan damai.
Namun, bagaimana kondisi dunia setelah Tembok Berlin dan Perang Dingin berakhir? Tidak banyak berubah karena dunia masih terus dilanda ketegangan dan permusuhan, meski dalam pola yang lain. Perlu dikemukakan, sisa Perang Dingin masih terdapat di Semenanjung Korea. Ketegangan di semenanjung itu telah diperburuk oleh program senjata nuklir Korea Utara.
Tetap menjadi pertanyaan pula bagaimana perkembangan ideologi dunia selanjutnya. Ketika Perang Dingin berakhir, liberalisme-kapitalisme diyakini sebagai pemenang dalam pertarungan melawan sosialisme-komunisme. Namun, sekitar dua dasawarsa setelah Perang Dingin berlalu, liberalisme-kapitalisme justru kedodoran.
Rupanya kematian sosialisme-komunisme membuat liberalisme-kapitalisme limbung karena kehilangan mitra tanding. Belakangan ini semakin kelihatan pula liberalisme-kapitalisme mengalami kegagalan bahkan dituduh sebagai penyebab krisis keuangan dunia saat ini. Krisis itu berawal di AS sebagai negara adidaya yang dianggap sebagai pemangku utama liberalisme-kapitalisme.
Perkembangan ini sangatlah menarik dari dialektika sejarah. Setelah komunisme ambruk dan kapitalisme kedodoran, tampaknya akan muncul ideologi baru sebagai sintesis. Belakangan ini orang semakin gencar mewacanakan pengembangan neososialisme, yang memberikan peran besar kepada masyarakat ataupun pemerintah. Kerja sama masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan.
Namun, menjadi pertanyaan, apakah neososialisme mampu memberi jawaban terhadap upaya menciptakan dunia yang lebih adil. Waktulah yang akan menjawabnya. Hanya bagaimanapun sangatlah mendesak memperbaiki tatanan dunia yang tak adil antara negara kaya dan miskin. Ketidakadilan itu telah diperburuk oleh suasana tertekan karena pemanasan global, kehancuran lingkungan, bahaya penyakit, krisis energi, dan kelangkaan pangan.
TAJUK RENCANA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar