Marselli Sumarno
Setelah melalui proses selama bertahun-tahun, Badan Perfilman Indonesia akhirnya resmi terbentuk lewat suatu musyawarah besar di Jakarta, pekan silam. Dari musyawarah besar itu, muncul wajah-wajah baru, sembilan koordinator BPI. Kesembilan orang terpilih itu adalah Embi C Noor (KFN), Gatot Brajamusti (Parfi), Nazir (APROFI), Kemala Atmojo (IKAFI), Robby Ertanto (PILAR), Anggi Frisca (SI/IC), Rully Sofyan (ASIREVI), Gerzon R Ayawaila (KOMUNIKATIF), dan Alex Komang (RAI) yang didaulat menjadi Ketua Koordinator BPI.
Yang menarik, BPI menjadi tonggak sejarah yang menandakan babak baru perfilman nasional Indonesia karena, pada masa silam, baik Badan Film Nasional (BFN) maupun Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) dirasakan terlampau birokratis. Padahal, masyarakat perfilman justru sangat membutuhkan ruang gerak untuk dapat maju dan berkembang. Belajar dari pengalaman, BPI sejak pembentukannya berusaha menerapkan semangat reformasi yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Kesembilan pengurusnya dipilih oleh 40-an organisasi dan asosiasi perfilman. Aspirasi masyarakat perfilman berusaha mendudukkan pemerintah bukan hanya sebagai fasilitator, melainkan juga sebagai mitra strategis dan tunduk kepada undang-undang.